Perwatakan Tokoh dalam Drama “Bekisar Merah” Karya Wildan ‘Jayus’ T.R. dan Kaitannya dengan Kehidupan Saat Ini


Abstrak
Berbagai pola pikir manusia dapat memengaruhi tindakannya karena pola pikir menentukan apa yang akan diputuskan untuk dilakukan. Seperti dalam naskah drama “Bekisar Merah” karya Wildan ‘Jayus’ T. R. ini yang menampilkan berbagai pola pikiran tokoh-tokohnya. Muncul permasalahan disebabkan oleh suatu pola pikir. Ada sebab-akibat yang ditampilkan. Ada hubungan dari sebuah pemikiran, tindakan, dan akibat atau hasil dari tindakan tersebut. Pada naskah drama “Bekisar Merah” ini ditampilkan tokoh-tokohnya pada sebuah adegan yang secara tidak langsung menunjukkan pola pikiran tokoh tersebut.
Kata kunci: pola pikir, sebab, akibat

Pendahuluan
Drama merupakan karya sastra yang dapat direalisasikan melalui gerak atau tindakan. Sesuai dalam Suroso (2015:10) yang menyatakan persoalan  yang  dihadapi   dalam  naskah  drama  adalah  konfliks manusia berupa lakuan yang tercermin dalam dialog dan petunjuk lakukan. Drama memiliki pengertian sebagai karya sastra yang berisi atau berkisah tentang kehidupan manusia sehari-hari yang dipentaskan di atas panggung dan ditonton oleh banyak orang. Sehingga drama menjadi sebuah penampilan kehidupan manusia yang dilihat langsung oleh manusia lain (penonton).
Drama merupakan karya sastra yang berbeda dari karya sastra lainnya, puisi dan prosa. Berdasarkan Suroso (2015:18), fiksi atau prosa menggambarkan tokoh, latar, dan jalan ceritanya secara naratif, sedangkan puisi memiliki bentuk lebih padat dan menggunakan pemilihan kata atau diksi yang bermakna padat pula. Yang menjadi pembeda drama dengan puisi dan prosa adalah adanya unsur dialog yang menonjol dan tindakan dalam bentuk pentas.
Drama dapat dibagi menjadi dua, yaitu pementasan drama dan naskah drama. Pada dasarnya drama dibuat ditujukan untuk dapat ditampilkan dalam sebuah pentas. Maka dari itu, naksah drama dibuat dengan memenuhi unsur-unsur pementasan. Naksah drama harus memenuhi tuntutan kebutuhan penyajian kembali dalam sebuah pentas.

Deskripi Singkat Naskah Drama “Bekisar Merah”
Naskah drama “Bekisar Merah” ini adalah karya Wildan ‘Jayus’ T. R. yang diangkat dari novel Ahmad Tohari dengan judul yang sama, Bekisar Merah. Drama ini berkisah mengenai Darsa, seorang penyadap nira sekaligus suami Lasi, yang jatuh saat bekerja menyadap nira. Kecelakaan itu membuat Darsa mengalami kecacatan yaitu alat kelaminnya tidak dapat berhenti mengeluarkan air kencing. Pihak keluarga tidak merawatnya di rumah sakit karena tidak memiliki cukup uang, apalgi jaminan Darsa akan sembuh tidak ada. Darsa pun dirawat di rumah. Bunek, seorang dukun pijat, diminta untuk memijat Darsa. Demi membuktikan bahwa Darsa telah sembuh, alat kelaminnya telah berfungsi dengan baik, maka Bunek meminta Darsa mencoba alat kelaminnya kepada anak Bunek, Sipah. Sipah pun hamil. Lasi yang mengetahui itu merasa dikhianati dan memutuskan pergi ke kota.
 Namun, tidak semua kejadian yang ada di dalam novel ditulis dalam naskah drama ini. Hanya menampilkan beberapa permasalahan, tidak seluruhnya yang ada pada novel. Mengenai asal-usul arti dari “Bekisar Merah” di sini juga tidak dimunculkan. Bekisar merah sendiri merupakan nama yang dibuat untuk Lasi. Bekisar yaitu persilangan antara Jepang dan Indonesia, layaknya Lasi. Dan diceritakan Lasi terlihat sangat cantik memakai kimono merah sehingga disebut bekisar merah. Istilah bekisar merah ini ada saat Lasi telah tinggal di kota. Sedangkan, dalam drama ini hanya sampai pada adegan Lasi yang meminta dibawa ke kota oleh Pardi dan Sapon.

Permasalahan dalam Drama “Bekisar Merah”
Pengangkatan masalah pada naskah drama ini dikarenakan banyak pemikiran tokoh-tokohnya yang menarik. Pola pikir tokoh-tokoh dalam drama ini perlu dilihat sebagai pembelajaran. Pemikiran tokoh-tokohnya yang berakibat pada suatu masalah lain menjadi nilai tersendiri yang perlu diamati dan dicari. Secara tidak langsung penulis menyampaikan pesan melalui pola pikir atau watak tokoh-tokoh dalam drama ini. Pola pikir itu dapat mengakibatkan sebuah keadaan yang selanjutnya. Namun, di sini penulis tidak secara langsung menyampaikan akibat yang ditimbulkan tersebut. Itu yang menjadi menarik untuk diketahui. Terkhusus pada tokoh Kanjat yang pada drama ini tidak terlalu banyak tindakan atau ucapan yang biasanya menjadi unsur untuk mengetahui sifat, karakteristik, dan bagaimana pola pikir atau wataknya. Melalui dialoglah seorang penikmat atau pembaca dapat mengetahui watak seorang tokoh dalam sebuah drama (Suroto, 1993:136).
Keadaan yang muncul akibat pola pikir yang selanjutnya akan dijelaskan di bawah menjadikan keadaan lebih parah. Selain itu, keadaan yang lain adalah keadaan yang sama saja, tidak berubah. Yang menjadikan keadaan memburuk adalah ketidakjujuran dan ketidakberanian Darsa dan Sipah. Selanjutnya, juga sifat ketergesa-gesaan Lasi. Yang membuat keadaan tidak ada perubahan adalah Kanjat yang selalu memikirkan nasib desanya tanpa melakukan sebuah tindakan nyata.

Perwatakan Tokoh Kanjat dalam Drama “Bekisar Merah”
Drama “Bekisar Merah” ini berlatar tempat di desa Karangsoga yang memiliki kebun kelapa sebagai tempat warganya bekerja. Sebagian besar warga Karangsoga bekerja sebagai penyadap nira kelapa. Pekerjaan yang berbahaya dikesampingkan demi memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan menyadap nira kelapa ini juga telah lama menjadi mata pencaharian warga Karangsoga. Pekerjaan yang telah lama dilakukan tentu sulit untuk ditinggalkan. Apalagi jika tidak ada pekerjaan yang lebih menjamin dan pantas untuk orang-orang bawah seperti warga Karangsoga itu. Tetap melakukan pekerjaan berbahaya itu menjadi pilihan pasti karena mereka pun telah melakukannya sejak lama. Tidak ada pilihan lain selain melakukan pekerjaan menyadap nira tersebut. Bekerja maupun tidak sebagai penyadap nira akan sama saja akibatnya bagi mereka, nyawa taruhannya. Menyadap nira harus memanjat pohon kelapa dan mempertaruhkan nyawa jika sampai terjatuh, belum lagi hasil dari nira yang dijadikan gula merah lalu dijual tidak seberapa. Tidak menyadap nira pun mereka akan mati kelaparan karena pekerjaan yang mereka sanggupi hanyalah menyadap.
Keadaan warga desa Karangsoga yang sulit lepas dari pekerjaan yang berbahaya namun juga sulit merubah hidup masyarakatnya itu tidak sekedar menjadi kenelangsaan. Keadaan itu menjadi prihatin oleh pemuda warga desa Karangsoga yang sedang menempuh pendidikan di kota, Kanjat. Kanjat merasa prihatin terhadap warga desanya yang harus berkutat dengan pekerjaan yang berbahaya namun kehidupan mereka tidak segera membaik. Kanjat selalu merasa tidak nyaman ketika mendengar cerita mengenai warga desanya. Dapat dibuktikan dalam teks:
PAK TIR : Eh Njat. Kau kenapa? Kok diam saja? Ada masalah?
KANJAT : Ah tidak. Bapak saja yang terlalu curiga.
PARDI : Eh Kang Kanjat, kau kan mahasiswa di Kota, setujukah kau
atas pernyataanku?
KANJAT : Pernyataan yang mana Kang?
Kalau perempuan Desa sebenarnya cantik setelah dipoles?
Atau Lasi adalah perempuan Desa yang cantik tanpa
kosmetik?
PARDI : Semuanya Kang.
KANJAT : Ah, aku setuju.
SAPON : Nah, betul kan. Berarti memang semua lelaki di Karangsoga
sepakat mengakui kecantikan Lasi.
SEMUA TERTAWA LEPAS, HANYA TAWA KANJAT YANG BERBEDA DENGAN YANG LAIN
TETANGGA : Ini yang aku dengar waktu jalan dekat rumah Bunek.
Pada awalnya Sipah menolak ketika suatu malam emaknya
menyuruh
menggantikannya mengurut Darsa. Hanya karena takut
akan kemarahan emaknya, Sipah, manut dan Bunek pergi
meninggalkan Sipah hanya berdua dengan Darsa.
TETANGGA : (MENYAHUT)
Nah, meski pincang, Sipah tetap perempuan, bukan?
 (TERTAWA)
SEMUA TERTAWA LEPAS, HANYA KANJAT YANG TIDAK TERTAWA. PAK TIR HANYA MELIHAT
SIKAP ANAKNYA YANG BERBEDA DENGAN YANG LAIN
Kanjat selalu bereaksi berbeda dengan yang lain. Kanjat merasakan ada yang salah dan perlu dibenahi di situ, bukan sekedar lelucon dan hal yang serius. Perbedaan reaksi Kanjat tersebut karena ia sedang memikirkan desanya, keadaan masyarakat desanya. Kanjat sebagai mahasiswa tentu memiliki pandangan yang berbeda dalam situasi yang sedang diterjadi di desanya. Kanjat merasa iba dan tak bersemangat ketika orang-orang berbicara tentang desa mereka. Keadaan yang tak berubah, warga desa Karangsoga masih bekerja menjadi penyadap nira, yang merupakan pekerjaan berbahaya, membuat Kanjat bersimpati dengan keadaan itu. Ia merasa peduli dan bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada desanya.
Kanjat berkeinginan merubah desanya, menjadikannya lebih baik. Ia tidak ingin melihat keadaan yang dialami orang-orang di desanya itu berkelanjutan. Meskipun Kanjat memiliki kepedulian sosial dengan memikirkan dan mengkhawatirkan warga desa Karangsoga, itu tidak akan merubah apa pun karena pada akhirnya Kanjat hanya mampu bersimpati tanpa ada tindakan pasti. Ia hanya berdiam dan memikirkan hal-hal yang terjadi tanpa bertindak. Dan pada akhirnya tidak ada yang berubah hanya karena kegelisahan Kanjat.

Perwatakan Tokoh Darsa dan Sipah dalam Drama “Bekisar Merah”
Apa yang dilakukan tentu melalui pemikiran dan berlanjut pada sebuah keputusan sebelum dilakukannya sebuah tindakan. Sebuah pendirian atas pemikiran sangat diperlukan agar pemikiran itu tidak dapat digoyahkan. Tidak seperti Darsa yang bersedia saja saat diminta mencoba alat kelaminnya apakah telah berfungsi atau belum kepada perempuan lain, Sipah. Padahal Darsa telah memiliki seorang istri dan sangat mencintainya. Darsa telah mengetahui rencana Bunek, namun tetap melakukan apa yang diminta Bunek. Begitu pula dengan Sipah yang menurut saja dengan perintah Bunek. Padahal pada awalnya Sipah menolak. Ia terlalu pasrah dengan keadaan, tidak mau dan juga tidak berani mengungkapkan apa yang menjadi pikiran. Hanya mampu melakukan apa yang disuruh dan tidak berani menolak apalagi sampai memberontak.
Sikap ini pada dasarnya merupakan titik mulai dari kemacetan perubahan. Perubahan yang selalu dieluh-eluhkan sulit terjadi. Perubahan yang diharapkan sulit bergerak, terjadi kemacetan. Penyebabnya ialah pengguna jalan perubahan itu sendiri. Seorang yang menjadi pengharap perubahan otomatis menjadi subyek perubahan. Ia harus bergerak jika ingin adanya perubahan. Berdiam diri tentu tidak akan merubah apa pun. Apalagi jika berdiam dengan apa yang terjadi, dengan apa yang orang lain lakukan kepadanya. Dalam teks:
BUNEK : Kamu jangan bodoh. Apa yang kuminta kamu lakukan
hanya untuk membuang sebel yang melekat pada dirimu,
sebel yang menyebabkan kamu jadi perawan tua.
SIPAH : Apa bukan karena kaki saya pincang, Mak?
(TERISAK)
BUNEK : Bukan. Ada beberapa perempuan lebih pincang daripada
kamu, tetapi mereka mendapat jodoh karena mereka tak menyandang sebel.
SIPAH : Bagaimana nanti bila aku hamil?
BUNEK : Dasar bodoh. Jika kamu hamil, malah kebetulan. Akan saya
minta Darsa mengawinimu. Syukur bisa langgeng. Bila
tidak, tak mengapa. Yang penting sebel-mu hilang dan
kamu jadi janda, sebutan yang jauh lebih baik daripada
perawan tua. Tahu?
BUNEK : (MUNCUL DARI BALIK TIRAI LALU MENDEKATI DARSA)
Duduklah.
Mungkin kau sudah mendengarnya tadi.
(TERTAWA)
Sudah. Manut saja. Biar kamu kembali ke istrimu sudah
benar-benar menjadi laki-laki seperti dulu.
MUNCUL KELUAR SIPAH DARI BALIK TIRAI DENGAN TONGKATNYA.

Perwatakan Tokoh Lasi dalam Drama “Bekisar Merah”
Sebuah hubungan diperlukan sebuah kepercayaan satu dengan yang lain. Melalui Lasi ditunjukkan sisi kecurigaan dan ketidakpercayaan akan apa yang dikatakan suaminya, Darsa. Padahal Darsa belum menjelaskan titik mula permasalahan itu. Lasi terlalu terburu-buru memutuskan bahwa Darsa memang bersalah dan tidak perlu lagi didengar penjelasan dari permasalahan itu. Lasi telah meyakini bahwa sekali salah tetap salah. Satu peristiwa lain yaitu  ketika Lasi memutuskan pergi ke kota. Padahal saat itu perasaan Lasi sedang tidak dalam keadaan baik, Lasi sedang emosi. Disaat emosi, seseorang tidak mampu berpikir dengan jernih dan sebaik-baiknya. Lasi terlalu ceroboh untuk memutuskan pergi dari desa ke kota hanya karena masalah yang menimpanya tidak bisa diterimanya. Kecerobohan dan ketergesa-gesaan dalam mengambil keputusan dapat mengakibatkan penyesalan di kemudian hari atas keputusan yang telah dibuat. Dalam teks:
PARDI : Ada apa Las?
LASI : Mas Pardi, aku ikut.
PARDI : Ikut? Kami mau ke Jakarta dan kamu mau ikut?
LASI : (DIAM)
PARDI : Lho, jangan, Las. Kami tahu kamu sedang punya masalah.
Nanti orang bilang aku mencampuri urusanmu. Jangan, Las.
SAPON : (MENYAHUT)
Ya, lagi pula kami merasa tak enak terhadap suami dan
orangtuamu. Juga Eyang Mus. Salah-salah mereka mengira
kami melarikan kamu. Wah, bisa repot.
PARDI : Las, sesungguhnya kamu mau ke mana?
LASI : Kalian ini mau ke mana?
PARDI : Sudah kubilang, ke Jakarta.
LASI : Ke Jakarta atau ke mana saja, aku ikut.
PARDI : (GELENG-GELENG TAK PERCAYA)
Bagaimana Pon?
(PADA SAPON)
SAPON : Terserah Mas Pardi. Bagiku, asal kita tidak dituduh macam-macam.
LASI : (MENYAHUT)
Mas Pardi.
Bumi-langit jadi saksi bahwa aku pergi atas kemauanku
sendiri. Ayolah. Atau bila kalian keberatan antar aku ke truk kalian. Lalu aku duduk di depan roda. Bagaimana?
PARDI : (MENGGARUK KEPALA)
Baiklah, bila kamu sudah bersaksi kepada langit, kepada
bumi. Aku pun bersumpah bahwa aku tak punya urusan
dengan pelarianmu ini. Tapi sebentar, ada yang tertinggal.

Keterkaitan Perwatakan Tokoh Drama “Bekisar Merah” dengan Kehidupan Saat Ini
            Watak Kanjat yang tidak berani bersuara dan juga bertindak meskipun mempunyai sebuah pemikiran dapat menjadi simbol perilaku anak muda pada saat ini. Banyak anak muda bahkan juga mahasiswa yang sebenarnya memikirkan suatu permasalahan yang ada di sekitarnya, namun banyak dari mereka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Tentu hanya dengan berpikir terus menerus tanpa adanya tindakan tidak akan merubah keadaan.
            Selanjutnya, Darsa dan Lasi yang menjadi orang penurut. Pada saat ini begitu banyak orang-orang bawah, orang-orang yang tidak punya kekuasaan dan kedudukan hanya mampu pasrah dan nurut saja terhadap perintah orang yang dianggap lebih kuasa. Kemudian Lasi yang tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Mengambil keputusan dalam keadaan sedang emosi bukanlah sesuatu yang benar. Emosi dalam KBBI adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan). Jadi, emosi adalah keadaan di mana seseorang dikuasai satu perasaan yang perasaan itu hanya sesaat. Keadaan yang tidak netral itu akan mengakibatkan seseorang cenderung menentukan sebuah pilihan sesuai perasaannya saat itu. Tiak hanya emosi dalam artian negatif seperti marah, tetapi juga misal dalam keadaan gembira. Banyak dari masyarakat saat ini yang mengambil keputusan dengan tergesa-gesa dan cenderung memenuhi emosi sesaatnya. Misal, yang ada kaitannya dengan cerita Darsa dan Lasi, yaitu mengenai pernikahan. Emosi berupa kegembiraan dan sejenisnya membuat seorang atau sepasang orang memutuskan untuk segera menikah padahal usia mereka masing muda dan belum punya bekal yang cukup untuk menikah. Selanjutnya adalah emosi yang berupa marah dan sejenisnya dalam sebuah rumah tangga karena suatu perdebatan dapat membuat salah satu dari suami atau istri atau bahkan sepasang suami-istri itu memutuskan untuk bercerai. Kedua keadaan itu bermula pada emosi yang tidak bisa dikendalikan dan menuruti emosi sesaatnya.

Simpulan
            Setiap tindakan seseorang dipengaruhi oleh pola pikir mereka. Seperti pada drama “Bekisar Merah” ini, yang bergelut dengan pola pikir para tokohnya. Darsa dan Sipah memiliki sifat yang pasrah terhadap keadaan, menurut, dan tidak memiliki keberanian menolak sesuatu yang tidak disukainya. Lasi memiliki sifat tergesa-gesa dan tidak berpikir panjang. Kanjat adalah yang peduli akan keadaan sekitarnya namun tidak dapat melakukan apa-apa untuk merubah keadaan.
            Penulis menyampaikan pesan melalui drama tersebut bahwa sifat dan sikap seperti tergesa-gesa, ketidakberanian untuk melawan, pasrah dengan keadaan, dan tidak melakukan apa-apa meski ingin adanya perubahan itu pada akhirnya akan merugikan diri sendiri juga orang lain. Jadi, melalui drama ini dapat merefleksikan diri untuk selalu berpikir dengan matang sebelum mengambil keputusan, berani menyampaikan pendapat bahkan penolakan jika tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan, serta melakukan tindakan demi sebuah perubahan.

Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/emosi. Diunduh pada tanggal 3 Juli 2017. Pukul 17.15 WIB.

Jayus, Wildan T. R. 2017. Lakon: Bekisar Merah. Teater Pelangi Malang.

Saragih, Ferdinaen. “Kajian Drama: Analisis Struktur Naskah Drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin”. http://she4us.blogspot.co.id/ 2009/07/kajian-drama-analisis-struktur-naskah.html. Diunduh pada tanggal 1 Juli 2017. Pukul 18.23 WIB.

Suroso. 2015. Drama: Teori dan Praktik Pementasan. Yogyakarta: Elmatera.

Suroto. 1993. Teori dan Bimbingan: Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Tohari, Ahmad. 2011. Bekisar Merah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

 

Komentar

Posting Komentar